Cerpen - Benteng Osaka, Ombak Kobe (大阪城、神戸の波)
Sinopsis
Musim semi 1999 di Osaka menjadi saksi langkah seorang trainee asal Indonesia yang sendirian menyusuri taman Benteng Osaka. Di tengah riuh hanami, ia menemukan sudut sunyi—batu nisan tempat Toyotomi Hideyori dan ibunya memilih mati terhormat pada Perang Musim Panas Osaka 1615. Gambaran sejarah yang penuh asap mesiu itu membawanya pada pertemuan tak terduga dengan Haruka, mahasiswi Jepang yang menyimpan luka masa lalu: hubungan pahit dengan seorang trainee Indonesia bernama Tio.
Persahabatan mereka tumbuh dari percakapan jujur dan kesepakatan untuk saling menjadi pendengar. Namun, rasa penasaran membuat sang tokoh utama menelusuri jejak Tio hingga berhasil berkorespondensi dengannya. Dari surat-menyurat itu, Tio akhirnya menitipkan sepucuk surat tertutup untuk Haruka.
Pertemuan di pantai Kobe menjadi titik puncak—Haruka membaca surat tersebut sambil menangis, mengungkap kebenaran yang selama ini ia salah pahami. Tio ternyata mengorbankan cintanya demi ibunya yang sakit, menciptakan kebohongan pahit agar Haruka pergi tanpa menyesal. Kenangan-kenangan manis mereka—Kyoto di musim gugur, festival kembang api, rusa-rusa Nara, hingga pantai Kobe—mengalir dalam surat itu, meninggalkan Haruka di persimpangan antara mengingat atau melupakan.
Di bawah langit senja dan ombak yang berkejaran, benteng yang dulu menyimpan luka perang kini menjadi saksi luka hati yang tak kalah abadi—kisah cinta yang tak selesai, tapi tetap hidup di ingatan.
Di antara dinding kokoh Benteng Osaka dan ombak tenang di Kobe, tersimpan kisah dua hati yang pernah bersatu lalu terpisah oleh prasangka dan jarak.
Surat yang sempat terkirim akhirnya menjadi jembatan terakhir untuk mengungkap kebenaran—bahwa cinta kadang harus melewati luka sebelum sampai pada pintu maaf.
Cerpen ini menjadi bagian dari buku Kumpulan Cerpen Anafis '93, delapan kisah yang berpadu dalam satu napas: kisah, waktu, dan keheningan.
